Burung Merbah dan Populasinya
Merbah atau disebut juga cucak-cucakan (familia Pycnonotidae) adalah suku burung pengicau dari Afrika dan Asia tropis. Burung-burung ini kebanyakan memiliki suara yang merdu dan nyanyian yang beraneka ragam, kerap kali hutan menjadi ribut oleh suaranya terutama di pagi dan petang hari. Dalam bahasa Inggris, burung-burung ini dikenal sebagai Bulbuls.
Merbah aslinya dalam bahasa Melayu merujuk kepada beberapa jenis burung pengicau yang berbulu suram di semak belukar, termasuk pula jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet dan lain-lain. Di sini, untuk kepentingan standardisasi penamaan seperti yang digunakan LIPI, merbah digunakan terbatas untuk menyebut burung-burung dari keluarga Pycnonotidae. Selain disebut merbah, burung-burung dari suku ini memiliki beberapa sebutan umum yang lain seperti cucak (Jawa); tempuruk, empuruk; tempulu’, empulu’, pampulu, empuloh (aneka bahasa Melayu di Sumatera dan Kalimantan); dan lain-lain.
Berukuran sedang, burung-burung ini biasanya bertubuh sedang agak ramping, leher pendek, dan ekor agak panjang. Kerap kali bermisai halus.
Sebagian spesiesnya memiliki warna-warni yang cerah: kuning, jingga, merah, pada dada, perut atau seluruh tubuhnya. Akan tetapi kebanyakan berwarna suram coklat zaitun, keabu-abuan atau kekuningan, dengan warna kuning, jingga atau merah di pantatnya. Jantan dan betina berwarna serupa.
Beberapa dengan warna hitam di kepala, jambul yang dapat digerak-gerakkan, atau janggut putih.
Merbah terutama adalah burung pemakan buah-buahan dan serangga. Di hutan, kebanyakan burung ini senang menjelajah semak belukar dan hutan yang setengah terbuka, memetik aneka buah kecil-kecil dan memburu serangga. Meski sebagian lagi lebih senang tinggal di atas pepohonan.
Sering didapati berpasangan atau berkelompok, burung-burung ini kadang-kadang bercampur dengan jenis yang lain. Ramai bersuara nyaring saling memanggil.
Merbah membuat sarang di atas pohon atau perdu, berbentuk cawan dari rumput, tangkai daun, atau serpihan daun, bercampur dengan serat-serat yang lain. Telur 2-3 butir.
Ragam Jenis
Di Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok. Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak).
Akan tetapi anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes) affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi sembilan subspesies yang berbeda.
Beberapa contoh anggota suku merbah ini adalah:
- Cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus)
- Cucak kuning (P. melanicterus)
- Cucak kutilang (P. aurigaster)
- Cucak gunung (P bimaculatus)
- Merbah cerukcuk (P. goiavier)
- Merbah belukar (P. plumosus)
- Empuloh janggut (Alophoixus bres)
1. Cucak Rawa
Cucak rawa adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga dikenal umum sebagai cucakrawa (dalam bahasa Jawa dilafazkan sebagai [cucaʔ rɔwɔ]), cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789).
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Punggung coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu bercoret putih; perut abu-abu, dan pantat kuning.
Iris mata berwarna kemerahan, paruh hitam, dan kaki coklat gelap
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. zeylanicus |
Nama binomial | |
Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789) |
Kebiasaan dan Penyebaran
Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, atau di tepi hutan. Sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas.
Suara lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan.
Di alam, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak seperti buah jenis-jenis beringin.
Menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini dianggap punah karena perburuan.
2. Cucak kuning
Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) adalah nama sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga dikenal umum sebagai kutilang emas, pecampeor (Sd.) atau tempuruk kunyit (Mly.). Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus melanicterus (Gmelin, 1789). Sementara dalam bahasa Inggris disebut Black-crested Bulbul, merujuk pada jambulnya yang hitam. Cucak kuning diketahui mengalami penurunan spesies.[1]
Cucak kuning adalah jenis cucak-cucakan yang memiliki kepala hitam dan merah pada tenggorokan -kecuali subspesies yang terdapat di Kalimantan, P.m. montis yang berwarna kuning. Kicauannya nyaring, ribut, indah, "hii-tii-hii-tii-wiit" dengan nada terakhir turun, dan "tee-tee-wheet-wheet", "whit-wheet-wit" dan campuran kombinasi antara kedua bunyi tersebut. Bisa juga berbunyi "whee-whee, whee-whee" dengan nada yang naik-turun. Memiliki perbedaan dengan cucak kuricang, bulu yang lebih panjang, perutnya yang berwarna kuning dan matanya berwarna putih. Sedangkan, warna bulu cucak kuricang kuning zaitun dan lebih sedikit. Tersebar luas di India, Cina, hingga Indonesia. Ditemui dari 0-500 mdpl. Ditemukan di hutan hujan, perbukitan dan dataran rendah. Memakan tetumbuhan, serangga, dan berkumpul dalam kelompok kecil. Apabila marah, cucak kuning akan menegakkan jambul. Telur berjumlah 2, dilekatkan di sarang laba-laba, diletakkan di ujung percabangan. Berkembang biak pada bulan Agustus. Sering dijadikan untuk memasterkan burung murai batu. Di Lampung, biodiversitas spesies ini terganggu karena adanya perkebunan kopi ilegal.
Spesies ini memiliki ras yang memiliki tenggorokan merah dispar yang tersebar di Sumatera, Jawa, dan Bali. Namun, ras Kalimantan yang bertenggorokan kuning, montis tersebar di Kalimantan. Beberapa pakar burung seperti Rasmussen & Anderson (2005) memperlakukan bentuk tenggorokan merah secara terpisah sebagai spesies tersendiri cucak delima (Pycnonotus dispar), sedangkan tenggorokan kuning sebagai Pycnonotus montis.[3] Mata dari kedua spesies ini merah dan merah-kehitaman. Kemudian, ujung ekor kedua spesies tersebut berwarna sedikit pucat dan "tawar".[4] Kemudian, Rasmussen & Anderson (2005) juga membagi spesies yang disebut Pycnonotus melanicterus ini menjadi 5 kelompok, seperti P. flavisentris, P. gularis, P. dispar, dan juga P. montis. Ia dibagi berdasarkan warna mata, tenggorokan, warna ekor dan bulu, keterangan warna, dan perilaku.[4]
Spesies ini memiliki ras yang memiliki tenggorokan merah dispar yang tersebar di Sumatera, Jawa, dan Bali. Namun, ras Kalimantan yang bertenggorokan kuning, montis tersebar di Kalimantan. Beberapa pakar burung seperti Rasmussen & Anderson (2005) memperlakukan bentuk tenggorokan merah secara terpisah sebagai spesies tersendiri cucak delima (Pycnonotus dispar), sedangkan tenggorokan kuning sebagai Pycnonotus montis.[3] Mata dari kedua spesies ini merah dan merah-kehitaman. Kemudian, ujung ekor kedua spesies tersebut berwarna sedikit pucat dan "tawar".[4] Kemudian, Rasmussen & Anderson (2005) juga membagi spesies yang disebut Pycnonotus melanicterus ini menjadi 5 kelompok, seperti P. flavisentris, P. gularis, P. dispar, dan juga P. montis. Ia dibagi berdasarkan warna mata, tenggorokan, warna ekor dan bulu, keterangan warna, dan perilaku.[4]
Burung ini berukuran sedang, agak kecil dan ramping (18 cm). Sisi tubuh atas berwarna hijau zaitun, sisi bawah berwarna kuning. Kepala berwarna hitam kelam, dengan warna merah pada tenggorokan (kecuali ras Kalimantan yang berwarna kuning). Paruh dan kakinya hitam.[5] Irisnya berwarna kemerahan atau putih.[6] Kicauannya indah,[5] ribut, dan nyaring, "hii-tii-hii-tii-wiit" dengan nada terakhir turun,[3] dan "tee-tee-wheet-wheet", "whit-wheet-wit" dan campuran kombinasi antara kedua bunyi tersebut.[7] Bisa juga berbunyi "whee-whee, whee-whee" dengan nada yang naik-turun.[2]
Spesies ini memiliki perbedaan dengan cucak kuricang, yaitu bulu cucak kuning lebih panjang, perutnya kuning dan matanya berwarna putih. Sedangkan, warna bulu cucak kuricang kuning zaitun dan lebih sedikit.[8]
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. melanicterus |
Nama binomial | |
Pycnonotus melanicterus (Gmelin, 1789) |
Persebaran dan habitat
Cucak kuning menyebar luas di India, Cina Selatan, Asia Tenggara, Sumatera, Kalimantan dan Jawa.[6] Biasanya ia hidup di hutan hujan, tapi biasanya di ujung hutan.[8] Tapi umumnya di Sumatera, ia ditemukan di dataran rendah dan perbukitan sampai pada ketinggian 1.200 m. Di Jawa, umumnya ditemukan di bagian barat dan selatan, di hutan dataran rendah hingga ketinggian 1.500 mdpl. Di Kalimantan, ia lebih umum ditemui di gunung-gunung,[8] seperti Gunung Kinabalu, Kayan Hulu, hingga Liang Kubung.[5] Burung ini merupakan spesies penetap.[9] Burung ini diintroduksi ke Singapura.[1] Pada 1986, untuk pertama kalinya cucak kuning baru didapati di Bali, yaitu Taman Nasional Bali Barat.[7]
Ia bisa ditemui di ketinggian 0-500 mdpl. Di India sana, cucak kuning bisa ditemui di hutan berkayu yang basah/lembah yang berhutan.[2]
Agak pemalu, menyukai kerimbunan daun dan pepohonan tinggi di pinggir hutan dan hutan sekunder. Kadang-kadang memakan serangga, tetapi biasanya rajin mencari buah-buahan.[9] Ia juga memakan tetumbuhan dari genus Ficus spp., tembelekan (Lantana camara), Dendrocnide spp., dan juga lampeni (Ardisia spp.). Ia selain memakan tetumbuhan, ia juga memakan serangga Hymenoptera, Isoptera, dan juga larva serangga.[10] Kalau makan, kadang-kadang ia bergabung bersama jenis cucak atau kutilang lain.[8] Cucak kuning bergabung dalam kelompok kecil, biasa berjumlah 4-5 ekor.[2]Apabila marah, ia akan menegakkan jambul .[3] Ia juga menyinggahi bunga dari Woodfordia floribunda. Ditemukan, bahwa cucak kuning mengunjungi bunga dari tumbuhan ini. Biasanya, cucak kuning ditemukan di percabangan tumbuhan ini untuk mencari nektar.[11]
Sarang cucak kuning dilaporkan besar, bentuknya seperti cawan rapi[9] yang mendalam dan terdapat pada ujung tunggul pohon yang kecil atau pada dahan bercabang dan terbuat dari rumput dan direkatkan pada jaring laba-laba. Telurnya berjumlah dua dan berwarna putih-kemerahan, seperti warna tanah dan berbintik banyak.[12] Cucak kuning berkembangbiak pada bulan Agustus.[9] Sementara di Sailan, cucak kuning berkembang biak pada bulan Januari dan Mei. Dilaporkan, ia bertelur setiap bulan dari Januari-Mei.[2] Pada contoh sarang lain, diketahui sarangnya juga terbuat dari dedaunan kering dan dasar sarang dari tangkai daun.[12]
3. Cucak kutilang
Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster; mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga (Gr.: aurum emas, gaster perut).
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga.
Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. aurigaster |
Nama binomial | |
Pycnonotus aurigaster (Vieillot, 1818) |
Kebiasaan dan Penyebaran
Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Cucak kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun. Namun sebaliknya burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun setiap pagi,hal ini berguna untuk menjaga bulunya yang terus di minyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan menaikan jambulnya bila senang maupun ingin buang air besar. Burung Kutilangpun memiliki masa "Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu yang baru. Di saat Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih diam baik secara suara maupun gerakan.
Sarang cucak kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan puncaknya April sampai September.
Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa serta Bali. Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi, beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati di Kalimantan.
4. Cucak gunung
Cucak gunung adalah nama sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga dikenal dengan nama lain: cica-rante. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus bimaculatus (Horsfield, 1821). Sementara dalam bahasa Inggris disebut Orange-spotted Bulbul, merujuk pada bintik jingga di kepalanya.
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Punggung berwarna hitam kelabu atau kecoklatan, tersaput hijau zaitun. Dagu, tenggorokan dan dada hitam kecoklatan, dada bagian bawah dan perut keputihan suram, atau berbercak kehitaman. Kepala dengan satu atau dua bintik jingga kekuningan di depan mata, dan penutup pantat berwarna kuning. Ras Jawa Barat memiliki tutup telinga berwarna kuning.
Iris coklat gelap, paruh dan kaki hitam.
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. bimaculatus |
Nama binomial | |
Pycnonotus bimaculatus (Horsfield, 1821) |
Kebiasaan dan Penyebaran
Sendirian atau dalam kelompok, burung ini menyukai pinggir hutan dan tempat-tempat terbuka di hutan, juga pada vegetasi pada tepian sungai di hutan. Memburu serangga dan mencari aneka buah-buahan untuk makanannya.
Menyebar terbatas (endemik) di Sumatra, Jawa dan Bali, cucak gunung umum ditemukan di wilayah pegunungan antara 800-3.000 m dpl, hingga ke zona cantigi gunung (Vaccinium) di dekat puncak. Burung ini nampaknya menggantikan cucak kutilang (P. aurigaster) dan merbah cerukcuk (P. goiavier) di daerah pegunungan.
Bersuara keras dan kasar, ciulk-ciulk-ciulk ! atau cak-cak-cuh.. ciliuliuliu....
Sarang berbentuk cawan terbuat dari batang, potongan daun dan akar, diletakkan pada semak-semak dekat tanah. Telur dua atau tiga butir, kemerah jambuan berbintik-bintik.
5. Merbah cerukcuk
Merbah cerukcuk adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cerukcuk atau jogjog, orang Jawa menyebut terucuk atau cerocokan, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam bahasa Inggris disebut Yellow-vented Bulbul.
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah (tenggorokan, dada dan perut) putih kusam. Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat, dan penutup pantat berwarna kuning.
Iris mata berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu merah jambu.
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. goiavier |
Nama binomial | |
Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1886) |
Kebiasaan dan Penyebaran
Merbah cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder. Burung ini sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain. Tidur berkelompok dengan jenisnya, di ranting-ranting perdu atau pohon kecil.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Di pekarangan, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak. Selain itu ia juga memangsa aneka serangga, ulat dan hewan kecil lainnya seperti cacing. Merbah cerukcuk menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari makanan di atas tanah daripada jenis merbah lainnya.
Berbunyi nyaring dan berisik, cok, cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-co-li-lek.. berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau gerutuan burung.
Sarang cerukcuk berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus, dijalin dengan serat tumbuhan dan menempel pada dahan. Di Jawa Tengah didapati pula sarang yang dibangun di sela-sela buah pisang.
Telur dua atau tiga butir, berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu. Tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan puncaknya Maret sampai Juni.
Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara, Semenanjung Malaya dan Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan. Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.5. Merbah belukar
Merbah belukar adalah nama sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga disebut dengan nama lain: mancrang. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus plumosus Blyth, 1845. Sementara dalam bahasa Inggris disebut Olive-winged Bulbul, sesuai dengan warna sayapnya.
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Sisi atas berwarna kelabu kehitaman atau kecoklatan, punggung dan sayap tersaput hijau zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan. Dada kelabu keputihan, dada bagian bawah dan perut tersaput hijau zaitun. Penutup pantat berwarna kuning kecoklatan. Iris coklat merah tua, paruh hitam dan kaki kecoklatan.
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. plumosus |
Nama binomial | |
Pycnonotus plumosus Blyth, 1845 |
Kebiasaan dan Penyebaran
Merbah belukar menyukai pinggir hutan dan hutan lebat. Sendirian atau berpasangan, burung ini menjelajahi lapis tengah atau atas tajuk hutan. Memburu aneka serangga dan ulat, serta mencari buah-buahan lunak, seperti buah beringin untuk makanannya.
Menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Palawan. Di Sumatra dan Kalimantan, burung ini umum ditemukan di hutan dataran rendah hingga ketinggian 300 m dpl; di Jawa hingga ketinggian 800 m.
Sarang berbentuk cawan terbuat dari rerumputan, daun dan ranting halus, diletakkan pada semak atau perdu. Telur dua butir, kemerah jambuan berbintik-bintik.
6. Empuloh janggut
Empuloh janggut adalah sejenis burung cucak-cucakanyang termasuk dalam suku pycnonotidae. Burung ini memiliki nama inggris Grey-cheeked Bulbul (Alophoixus bres) dan sering juga disebut Cucak Janggut atau Cucak jenggot. Burung ini memiliki habitat di Hutan primer, hutan sekunder, semak rendah dan rapat, dan makanan burung ini adalah buah-buahan kecil, Ficus, kumbang, serangga.
Tubuh berukuran agak besar (22 cm). Tubuh bagian atas coklat zaitun. Ekor lebih merah. Pipi abu-abu. Bulu tenggorokan putih dapat dikembangkan. Tubuh bagian bawah kuning. Iris kemerahan, paruh hitam, kaki coklat keabu-abuan. Hidup sendirian atau berpasangan. Ribut dan aktif di tajuk bawah. Kadang bergabung dengan kelompok campuran.
Sarang berbentuk cawan dangkal dan tidak rapih, dari serat palem dan daun, direkatkan dengan jaring laba-laba, pada dahan bercabang dekat permukaan tanah. Telur berwarna kemerahjambuan, berbintik ungu dan merah, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang tahun, kecuali bulan Juni, Juli, Oktober.
Titian Ilmu by Leekhien |
Status konservasi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Criniger |
Spesies: | A. bres |
Nama binomial | |
Alophoixus bres (Lesson, 1832) |
Penyebaran
- Semenanjung Malaysia, Palawan, Sunda Besar.
- Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali.
0 komentar:
Posting Komentar